Sabtu, 10 Maret 2012

FanFiction Narnia : The TenTeens Knight's :: Prolog :: Chapter 1

:: PROLOGUE ::

Paris,Perancis

Shailene POV

 Huh.. akhirnya saat-saat yang kunanti tercapai juga. Setelah mengantri beberapa jam di Louise Hall yang sempat membuatku jengkel – berakhir juga. Langsung saja kulangkahkan kakiku dan tak lupa menarik tangan temanku untuk segera menuju Paman Louise yg berada di lapangan luas yg sedang memanjakan kuda miliknya. “Hai,Paman! Hai,Emille!” ku sapa beliau juga kuda kesayangannya yg dia beri nama Emille. “Selamat datang,Shailene! Ingin berkuda?” Paman Louise menoleh kearahku. ”Ya.. seperti biasalah,Paman.... Ohya,aku mengajak temanku kesini.Boleh kan?”

“Tentu boleh, Sel (begitulah Paman mempersingkat namaku). Kalau boleh tau,siapa namamu nak?” tanyanya sembari memalingkan wajahnya kepada temanku.

“Nama saya Cathy.. senang bertemu anda,Tuan” jawab Cathy seraya menjabat tangan Paman Louise. Paman Louise hanya meresponnya dengan senyuman tipis. Setelah ‘perkenalan itu selesai, Aku,Paman,dan Cathy segera berjalan menuju Kandang yang bergaya mirip seperti Gudang berwarna merah untuk mengambil kuda yg akan kugunakan bersama Cathy nanti.

Paman Louise adalah peternak kuda yg terkenal di Paris. Wajar saja, ia terkenal karena di kota Paris ini hanya ia-lah yang mempunyai peternakan kuda. Sehingga, orang-orang yg menyukai olahraga berkuda pasti akan datang kesini untuk berlatih. Tidak hanya penyuka berkuda saja yg datang kesini, melainkan rakyat biasa – yg tidak tahu menahu tentang olahraga ini – juga ikut mendatangi peternkan ini untuk sekedar refreshing saja. Lama kelamaan, seiring banyaknya orang-orang yg silih berganti mendatangi tempat ini, akhirnya peternakan ini mulai terkenal. Sekarang,peternakan ini dijadikan obyek pariwisata yg unik dan yg hanya ada di kota Paris ini.

Sebelum peternakan ini terkenal dan hanya masih berstatus peternakan biasa, aku sudah rajin berkuda disini. Aku biasa datang ksini setiap weekend. Disini, aku tak hanya diajari cara berkuda yg benar, aku juga diajari tata cara memanjakan kuda agar hatinya tenang dan tertarik dengan majikannya,cara memandikan kuda,cara menenangkan kuda ketika ia mulai kehilangan kontrol, dan masih banyak lagi. Saking seringnya aku mampir kesini, aku bahkan mempunyai kuda kesayanganku sendiri. Aku menamainya BlackCool. Kata Paman Louise, kedekatanku dengan BlackCool tidak biasa. Menurut firasatnya, BlackCool bukan hanya menganggapku sebagai majikannya saja, tetapi BlackCool menganggapku layaknya seorang sahabatnya sendiri. Awalnya, aku sendiri tidak percaya dengan apa yg dikatakan Paman Louise. Ia kan hanya hewan biasa, dan secara logika, hanya manusia-lah yg mempunyai perasaan. Tetapi, ternyata lambat laun aku menyadari bahwa BlackCool memang mempunyai sedikit kelebihan, maksudku ya.. seperti yg dikatakan Paman Louise, ia menganggapku sebagai seorang sahabat baginya.  Aku bisa merasakannya lewat tingkah lakunya padaku.

***

Aku berjalan menyusuri Kandang tua nan luas ini. Kata Paman, ada sekitar 30+ kuda yang dipelihara disini. Jujur, aku sangat salut pada Paman. Bayangkan saja, ia mampu sendirian merawat kuda sebanyak itu!. Dan, well, sepertinya kulihat-lihat, kudanya semakin bertambah jumlahnya. Aku yakin akan hal itu karena yahh.... aku kan sering sekali kesini. Dan aku selalu memperhatikan jumlah kuda yang ada di peternakan ini karena angka kelahiran disini sangat tidak normal. Kau tau kan apa maksudku? Oke, akan ku jelaskan, kira-kira menurut pengamatanku – kuda-kuda betina disini hampir setiap minggu-nya melahirkan satu anak. Sungguh tidak bisa diterima secara akal sehat kan? Tapi, well, itulah yang terjadi apa adanya disini. Sehingga, karena kejanggalan itu, aku sangat tertarik untuk memperhatikan grafik kelahiran new born di peternakan ini. Dan alasan lainnya adalah, karena aku senang melihat anak-anak kuda disini. Mereka sangat eksotik. Itu menurutku. Sudah jelaskan?. Karena aku penasaran akan berapa anak kuda yang lahir minggu ini, aku pun bertanya pada Paman.

“Hmm... apakah ada new born minggu ini, Paman?”

“ada, jumlahnya hanya 3 ekor. Apakah kau bersedia memberi mereka nama, Sel? Kebetulan, Paman belum sempat memberi mereka semua nama, Paman sudah kehabisan ide.”

Oh wow! That’s great! Hal yang paling aku suka adalah memberi nama hewan. Segera saja aku mengatakan “Ya” pada Paman dengan ekspresi sumringah. Tetapi, tiba-tiba, Cathy menyela pembicaraan kami dengan hal yang sangat konyol.

“Hah??!! What?????! New born?? Be- berarti... tempat ini dihuni vampir??????!!!”

Seketika saja, aku dan Paman Louise yang melihat ekspresinya dan mendengar ucapannya segera tertawa terbahak-bahak.

“Hahaha....! Cathy.. Cathy... mana mungkin disini ada vampir? Memangnya kau kira ini Forks? Hey.. sadarlah Cat, ini Paris! P-A-R-I-S !!” ujarku dengan nada yang dibuat-buat berlebihan. Tetapi, hello? Ia merespon ucapanku dengan memasang muka idiotnya – seperti bingung sendiri. Dan, tanpa aba-aba dari siapa pun, aku dan Paman Louise tertawa lagi – kali ini lebih nyaring.

“Itulah akibatnya jika terlalu over terhadap film-film khayalan.” Ucapku disela-sela tawaku. Mungkin Cathy menyadari bahwa dirinya sedang dipermalukan, ekspresi mukanya pun tiba-tiba berubah. Ia sekarang terlihat garang.

“what do you say????! Could you replace ur said?!!!” bentaknya tepat 5cm didepanku.

Tiba-tiba. Paman Louise menyergah, “Sudahlah.... kalian ini tidak ada gunanya memperdebatkan hal sepele. Bukankah kalian kesini bertujuan untuk rekreasi? Tetapi, mengapa kalian bertengkar?”

Aku dan Cathy terdiam. Dan Paman Louise pun melanjutkan nasihatnya, “dan kau, Shailene. Janganlah bersikap seperti anak kecil, suka menyindir-nyindir seseorang tanpa ada habisnya. Itu tidak baik, Selly”

Oh good, kali ini Ia berhasil membuatku jengkel lagi. Aku paling tidak suka jika seseorang memanggilku “Selly”. Karena itu worst baby name-ku. Sebutan itu mengingatkanku pada mimpi burukku – mimpi itu hampir selalu datang setiap aku tertidur. Dan, Paman Louise paling senang memanggilku begitu disaat aku melakukan kesalahan. Sehingga, aku tidak bisa membantah nasihatnya. Huh, aku sangat-sangat menyesal telah menceritakan apa yang aku alami di mimpi burukku itu kepadanya. Ternyata, itu menjadi bumerang bagi diriku.

“Okay.... tetapi, sekali lagi Paman memanggilku dengan sebutan itu, aku tidak akan pernah menuruti kemauanmu ataupun nasihatmu.” Aku memberikan ultimatum padanya dan suaraku kunaikkan satu oktaf.

“Baiklah, asal kau berjanji takkan berbuat seperti itu lagi, deal?”
Huh, kuakui dia memang pandai berdebat. Dan sepertinya aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi kecuali mengiyakan perkataannya.

Oke, kita kembali ke awal. Setelah masalah kecil itu selesai, tanpa basa-basi lagi aku langsung melesat ke arah kuda yang sedang menyusu pada induknya. Dan tanpa ada yang menyuruh, aku langsung memberinya nama. “Aku akan menamaimu Lorrie” bisikku sambil mengusap-usap badannya. Ia pun menggelengkan kepalanya – dan itu berarti ia setuju. Setelah beberapa waktu berlalu, selesai sudah aku mengakrabkan diri sekaligus memberi nama para new born. Dan tanpa diduga, Cathy-pun ikut memberi salah satu dari mereka nama. Well. Namanya juga cukup bagus – Woody.

***
Akhirnya, saat-saat yang dinantikan-pun terjadi. Aku akan bermain-main bersama BlackCool dan Whitie mengelilingi desa terpencil ini. Whitie akan ditunggangi oleh Cathy. Whitie adalah pasangan BlackCool. Dan mereka sudah mempunyai dua anak.

Aku dan Cathy sepakat untuk adu lari sampai hutan yang berada didekat peternakan. Awalnya, aku menolak keras ajakan Cathy karena kata penduduk sekitar dan Paman Louise hutan itu adalah hutan terlarang. Tidak ada seorang pun yang boleh memasuki hutan itu. Hal itu membuatku bingung, karena mereka tidak menjelaskan secara signifikan alasan mengenai misteri itu. Tetapi, karena aku tidak mau mengambil resiko dan aku juga tidak terlalu penasaran akan hal itu, akhirnya aku menurut-nurut saja. Karena Cathy benar-benar ingin kesitu dan aku juga tidak mempunyai alasan yang cukup kuat untuk mencegahnya. Selain itu, dia berkata juga tidak apa-apa karena Paman Louise sedang sibuk. Dasar, dia itu anak yang keras kepala sekali.So, aku-pun akhirnya menuruti kata-katanya – meskipun aku agak takut. Cathy jelas tidak takut sama sekali, ia bahkan malah berkata sangat yakin bahwa dibalik hutan itu tersimpan banyak hal yang menakjubkan yang benar-benar tidak bsa diterima nalar alias magic.

"baiklah, siap?” ujarku sambil memasang gerakan kuda-kuda layaknya seorang pembalap. Saking tidak sabarnya, Cathy seenaknya saja langsung berteriak “Go!!”.

Ktruk.. ktruk.. ktruk... begitulah bunyi langkah kuda kami. Kami – Aku dan Cathy – sekarang sudah sampai kira-kira 2/3 perjalanan menuju hutan itu. Sementara, aku yang memimpin. Pertandingan ini berlangsung sangat ketat. Tak disangka, ternyata Cathy cukup ahli berkuda. Sudah berkali-kali aku tertinggal olehnya. Tetapi, well, aku masih bisa mengejarnya. Tak terasa kami sudah hampir sampai bagian luar hutan terlarang itu. Dan posisi kami juga hampir tidak bisa dipastikan sebab jarak antar aku dan Cathy sangat ketat.

“Are you ready?” tiba-tiba saja Cathy mengucapkan kalimat yang tidak aku mengerti sambil menyamakan posisinya denganku. Maksudnya apa?. Aku meresponnya dengan mengerutkan dahiku. Tetapi, dia tetap tidak mau menjelaskan apa maksudnya kepadaku, ia malah tersenyum misterius. Bersamaan dengan sikapnya yang aneh itu, ia perlahan-lahan maju dan maju, dan tak butuh waktu lama akhirnya aku tertinggal jauh darinya. Aku pun tersentak kaget.

“Hey!! Where are you go????” teriakku sekencang-kencangnya smbil tergesa-gesa mngejarnya. Dan... akhirnya aku bisa menyamakannya. Well, BlackCool memang hebat. “kita mau kemana, Cathy?” tanyaku seraya menatapnya tajam. Ia terdiam beberapa saat dan berkata, “kesini....”