Tiba-tiba Vespa yang dikendarai pasangan berbahagia; Mur
Jangkung dan Rektavirzha berhenti.
Rektavirzha: “He? Katanya kamu mau traktir aku makan? Kok aku
nggak lihat ada restoran apapun disini. Adanya... Warteg. Pastinya kamu nggak
akan ngajak aku kesana kan.”
Mur Jangkung: “Siapa bilang aku mau ngajak kamu ke restoran?
Ya, aku memang mau merayakan ulang tahunmu yang ke 22 ini di Warteg—“
Rektavirzha: “Apa?! Ih, yang benar saja sih, mas. Aku nggak
mau! Gimana kalau ada temanku yang lewat sini dan memergoki aku lagi mangkal di
Warteg. Mau ditaruh dimana mukaku nanti?”
Mur Jangkung: “Aduh, sayang, jangan mencak-mencak dulu dong.
Aku, kan, belum selesai ngomong. Walaupun cuma di Warteg, tapi ini istimewa! Berhubung
ini surprise, aku nggak akan kasih tahu detailnya sama kamu. Hihi.”
Rektavirzha: “Dan berhubung aku penasaran, kasih tahu
keistimewaannya sekarang juga agar pikiran negatifku tentang tempat ini hilang.”
Mur Jangkung: “Huh, oke. Kamu lihat para lelaki pemanggul
goni itu? Nah, mereka ada 22—sesuai jumlah umurmu—aku sengaja mengajak mereka
berkumpul hari ini untuk ikut merayakan hari ulang tahun Ratu Rektavirzha yang
cantik. Aku akan mentraktir mereka makan di Warteg, dan sebagai balasannya
mereka membuat pertunjukkan sederhana seperti akrobat menggunakan goni spesial
ulang tahunmu. Aku sudah melihatnya dan itu keren banget! Kamu harus
melihatnya! Juga, mbak Warteg sudah membuatkan kue ulang tahunnya—“
Rektavirzha: “Udah! Cukup! Berhenti! Kamu gila ya, Mur? Mana
tahan aku makan bareng bersama lelaki jorok dan kotor seperti mereka! Kamu mau aku
sakit perut atau muntah sehabis berpesta disini? Udahlah, aku mau pulang!”